Salam para pembaca yang budiman,
Nampaknya pada hari ini Fakir digerakkan untuk rajin menaip pula. Alhamdulillah. Sabenarnya tidak pula Fakir sebegitu ( rajin ) tetapi Fakir digerakkan untuk berhujah melalui tulisan untuk menegaskan bahawa ILMU HAKIKAT atau ILMU MENGENAL DIRI itu TIDAK SESAT dan MENYESATKAN sapertimana yang didakwa dan di war warkan oleh ramai pihak.
PERCAYA lah bahawa YANG MEMBIMBING dan MENYESATKAN itu HANYA ALLAH. Janganlah terpengaruh oleh kata kata atau penulisan orang ..khasnya orang orang yang membuat tuduhan sedemikian tanpa memahami apa yang diajarkan oleh Allah melalui apa yang kita sebut sebagai ILMU HAKIKAT.
Melalui AL-QURAN Allah SWT menegaskan banyak kali juga bahawa : segalanya adalah ketentuanNya belaka khasnya berkaitan SESAT dan BIMBINGAN hingga ada satu ayat dimana Allah SWT bertanya kepada junjungan Rasul : Adakah kamu berhajat untuk mengislamkan semua umat dimuka bumi ini Ya Muhammad ?
Melalui artikel atau ENTRI sebelum ini Fakir ada menyebut bahawa Ustaz Abu Sangkan dari Yayasan Sholat Khusu' sekarang ini difitnah dengan tuduhan mengajar ILMU SESAT melalui buku bukunya dan syarahan syarahannya.
BETUL KE apa yang didakwahkan oleh Abu Sangkan itu sesat dan menyesatkan ?
Apakah mengajak dan mengajar orang supaya KHUSU' DALAM SHOLAT mereka boleh dikatakan satu perbuatan yang sesat dan menyesatkan orang lain ?
Apakah dalam situasi ramai muslimin dan muslimah gembira mengamalkan MEDITASI YOGA untuk jadi sehat, langsing dan seksi , kegiatan Abu Sangkan menggalakkan umat Islam supaya ber - PATRAP / BERTAFAKUR dikatakan kegiatan sesat dan menyesatkan ?
Kenapa tak kata Yoga ( yang dicedok dari Meditasi Tareqat CHISTI ) itu sesat dan lebih menyesatkan ?
Abu Sangkan pernah menceritakan akan kegelisahan jiwanya dalam usaha untuk menjadi MUSLIM SEJATI semasa beliau masih dipasentren lagi ..hinggalah beliau bertemu dengan orang yang dianggapnya GURU ( tetapi tidak mahu mengaku - guru kerana katanya Guru Yang Sebenarnya ialah Allah SWT )
Fakir rasa ramai juga diantara kita ( termasuk Fakir sendiri ) merasa gelisah kerana apa jua amal ibadah yang kita lakukan saolah-olah tidak dapat membentuk jiwa supaya tenang dan bahagia. Kenalah kita berlaku jujur terhadap diri sendiri.
Marilah kita baca dan renungkan pengalaman keruhanian yang dilalui oleh saudara kita Abu Sangkan saperti yang Fakir Copy & Paste dibawah ini...............Anggaplah tulisan Abu Sangkan dibawah SEBAGAI JAWAPAN AWAL KEPADA GOLONGAN YANG MENUDUHNYA SEASAT......
###############
TULISAN ABU SANGKAN..............
Dalam kesempatan ini, saya akan sampaikan perjalanan pengalaman keruhanian
saya serta apa dan bagaimana wejangan H. Slamet Oetomo tersebut. Sebelum saya
bertemu dengan pak Haji, demikian H. Slamet Oetomo biasa dipanggil, saya tinggal
di sebuah pesantren di Bogor. Sebuah pesantren yang menekankan nilai-nilai ajaran
tasawuf Imam Al Ghazaly. Kami dikondisikan dengan suasana nizham tasawuf yang
cukup ketat.
Namun anehnya, semakin dalam saya menekuni dunia tasawuf akhlakiah ini (bukan
tarikah seperti Naqshabandiyah, atau yang lain) justru saya mengalami rasa jenuh
yang luar biasa. Saya merasakan kelelahan yang sangat hebat. Dalam beribadah dan
bersyariat pun terasa banyak yang masih terlewatkan. Belum lagi tuntutan kualitas
dalam melakukannya. Saya merasa tidak mungkin melaksanakan ajaran Islam
secara total yakni melaksanakan ayat per ayat yang jumlahnya 6666 itu, ditambah
lagi dengan hadist yang jumlahnya mencapai ratusan ribu.
Saya pernah berpikirbetapa ajaran Islam ini susah sekali untuk diamalkan, padahal kita terlanjur tahu tentang segala kewajiban harus dilakukan. Baik yang berupa larangan maupun perintah. Dan di dalam Al Qur'an sendiri, surat Al Baqarah ayat 208 menyatakan :
"Wahai orang yang beriman masuklah kalian dalam Islam secara keseluruhan, dan
janganlah kamu turut langkah-langkah syetan. Sesungguhnya syetan itu musuh
yang nyata bagimu" (QS 2:208).
Tiba-tiba saya menjadi sangat ngeri membaca peringatan ayat ini. Sebab kata
"kaffah" dalam ayat tersebut berarti keseluruhan ajaran Islam, dimana dalam
pemahaman saya, kita harus melaksanakan ajaran Islam ini dengan total tanpa
pilih-pilih lagi.
Namun, terasa sekali betapa berat dalam merealisasikan tuntutan Al
Qur'an tersebut, padahal saya sudah berupaya dengan sungguh-sungguh. Mulai dari
menjaga pandangan dari perbuatan maksiat serta shalat-shalat sunnah dengan
diiringi puasa nabi Dawud dan mendawamkan wudhu', sampai-sampai ditengah
banyak orang tidur lelap, saya tidak ketinggalan tahajjud.
Keadaan ini saya lakukanselama bertahun-tahun, namun begitu melihat bahwa ajaran Islam tidak hanya itu, saya pun mengalami kebingungan. Karena terasa bahwa saya masih jauh dari kata"kaffah". Terus apanya yang salah?
Mulailah saya bertanya dalam diri, apakah ada yang salah dalam ibadah saya? Saya
berpikir bahwa hanya diri saya yang mengalami kegelisahan tersebut namun
ternyata banyak keluhan serupa terlontar dari ikhwan-ikhwan yang juga ketat dalam
menjaga syariat.
Kalaulah saya tidak takut dosa mungkin saya akan mencari jalan lain untuk
mendapatkan kedamaian dan ketentraman. Saya juga mengintip apa yang dilakukan
orang lain dalam mencari kedamaian dan ketentraman. Dari sekian banyak yang
saya temui melihat perilaku orang lain dalam mencari solusi, tidak salah lagi
…..kebatinan dan dunia klenik, mistis, perdukunan jadi pelabuhan jiwanya.
Sementara sebagian lagi terjebak oleh retorika ilmiah yang disajikan dengan
memisahkan tidak ada hubungannya dengan agama sama sekali, apalagi dengan
dunia mantra-mantra. Dalam hal ini saya tidak akan membahas mengenai
bagaimana dan tidak akan membuka perdebatan masalah apa yang dilakukan orang
lain.
Dari pergolakan jiwa saya yang menggelegak itulah saya bertemu dengan H.
Slamet Oetomo. Lewat butiran mutiara nesehatnya itulah, saya mengambil
kesimpulan bahwa tidak akan pernah ada dan mampu manusia di kolong semesta ini
untuk berIslam dengan "kaffah", kecuali mendapatkan karunia dan bimbingan Allah
secara langsung.
Di dalam perenungan saya sangat heran, betapa tidak, sedikitpun saya tidak pernah
merencanakan benci atau marah terhadap seseorang yang menyinggung hati. Tapi
kenapa benci dan marah itu datang tanpa bisa saya cegah. Namun sebaliknya
kenapa untuk berbuat baik dan ikhlash harus memerlukan tenaga dan upaya yang
sangat luar biasa. Kenapa kebaikan tidak menjadi terasa ringan dan mudah sehingga
tak terasa beban dalam fikiran maupun perasaan. Rasa marah berganti senyum,
rasa benci menjadi kasih sayang, dari tidak khusyu' menjadi khusyu' dan seterusnya.
Dan seharusnyalah sifat-sifat baik ini mengalir seperti ilham yang menuntun perilaku
kita.
Suatu malam, saya keluhkan hal ini kepada Allah tentang keletihan hati dan
ketidakmampuan untuk berbuat lebih banyak menjalankan syariat Islam. Saya
pasrah dan mohon bimbingan agar ditunjukkan ke jalan yang diridhoi .
Selama ini kita dipaksa untuk percaya terhadap suatu keyakinan tanpa pernah
memahami mengapa kita harus meyakininya. Keadaan inilah yang menyebabkan
keyakinan seseorang akan mudah lepas dan selalu dalam keraguan.
Misalnya begini,si Ahmad memberitahu Salman bahwa gula itu rasanya manis. Berita dari Ahmad iniadalah bentuk informasi yang memaksa Salman untuk percaya (wajibul yakin)kemudian dilanjutkan untuk melakukan memakan gula tersebut dan apa yang
dikatakan oleh Ahmad ternyata benar bahwa gula yang baru saja dimakan rasanya
benar-benar manis. Pada tingkat ini pengetahuan Salman bertambah dari wajibul
yakin menjadi ainul yakin (merasakan sendiri) kemudian menjadi haqqul yakin,
karena ia betul-betul mengalami secara langsung bukan sekedar katanya si Ahmad.
Akan tetapi bahkan Salman sudah sekaligus mengisbathkan (keyakinan yang tidak
bisa diubahkan) kebenaran informasi tersebut.
Sampai di sini, keyakinan Ahmad dan Salman tidak akan mampu lagi diubah oleh
orang lain, walaupun dipenggal leher sekalipun. Nah…keyakinan seperti inilah yang
kita harapkan dalam beribadah kepada Allah serta mempercayai ayat-ayat sampai
kepada keadaan yang sebenarnya (hakikinya).
Dari hasil perbincangan dengan rekan-rekan yang tergabung dalam majlis dzikir ini,
banyak pengalaman yang telah mereka lalui. Apa yang mereka katakan hampir sama
dengan apa yang telah saya lakukan.
Dan ternyata mereka juga mengalami hal yang
sama atas perubahan-perubahan dalam manisnya ibadah, sehingga berkembang
memasuki keadaan hakikat yang sebenarnya dari bentuk syariat yang dilakukan.
Anda tidak usah khawatir untuk memasuki dunia iman lantas takut sesat, tidak!!!
Saya justru hanya mengajak melakukan apa yang telah kita dapatkan, kalau
sekiranya ada amalan yang keluar dari dasar Islam maka anda mempunyai hak
untuk menentukan keluar dari majelis dzikir ini.
Banyak orang terjebak dalam menilai sesuatu. Kita digiring kepada persoalan yang
sempit. Kerohanian tidak banyak dikenal orang Islam lantaran takut sesat seperti
Syekh Mansyur Al Hallaj atau Syekh Siti Jennar yang terkenal dengan ajaran
wihdatul wujud atau manunggaling kawula gusti. Dua orang yang dianggap sesat,
menghalangi kita untuk belajar lebih dalam ilmu hakikat.
Padahal berapa ribu ulamayang tidak sesat dalam belajar menghayati ruhiyah Islamiyah seperti Hujjatul IslamImam Al Ghazaly, Imam Annafiri, Imam Syafi'i, Imam Hambali, Imam Hanafi, parasahabat rasul, serta Sunan bonang, Sunan Maulana Malik Ibrahim, Sunan Kali Jagayang merupakan guru Syekh Siti Jennar, dan seterusnya yang hidup dengan ruhiyahIslamiyah.
Tapi mengapa kita hanya mempersoalkan kesesatan dua tokoh tersebut.
Kenapa kita tidak melihat ulama yang tidak sesat seperti yang disebutkan tadi. Ada
sentimen apa sehingga begitu gencarnya mengekspos sesat dan bid'ah terhadap
yang sungguh-sungguh dalam bermujahadah kepada Allah yang Maha Ghaib….dan
mengatakan belajar ilmu hakikat ini divonis haram.
Dan yang perlu kita catat, kesesatan itu tidak hanya pada ilmu kerohanian saja. ilmu
fiqih, ilmu ekonomi, ilmu akuntansi dan ilmu komputer, atau ilmu apa saja dapat
dibawa menuju kesesatan. Kenapa anda tidak pernah takut untuk belajar ilmu
akuntansi, padahal dengan ilmu ini orang bisa menggunakannya untuk korupsi
(maling) juga ilmu yang lainnya. Semoga kita tidak terpengaruh oleh pendapat
sempit yang ia tidak pernah memasuki atau menghayati kedalaman Islam secara
menghujam hingga ke lubuk hati.
Akibatnya kita menjadi korban atas pemberitaan yang tidak seimbang. Islam yang
kita lakukan sekarang menjadi setengah hati, tidak sampai menghunjam ke dalam
akar iman yang sebenarnya. Kita tidak pernah lagi mendengar suara hati kita
terharu ketika berhadapan dengan Allah. Apakah hati kita berguncang keras tatkala
asma Allah disebutkan berkali-kali?
Ketakutan kita terhadap pemahaman tasawuf, yang menurut prasangka kita akan
menyesatkan seperti yang terjadi pada Syekh Mansyur Al Hallaj atau Syekh Siti
Jennar, telah membuat asma Allah tidak lagi mampu menyejukkan dan
menggetarkan jiwa. Padahal keadaan itu merupakan tanda-tanda keimanan
seseorang.
Untuk itulah, agar kita tidak terjebak dalam pemahaman sesat seperti di atas,
agaknya kita perlu menengok perjalanan sejarah pengalaman para nabi dan rasul
dalam merentas jalan keruhanian menuju lautan cinta dan kasih sayang Allah SWT
bersambung..........entri seterusnya.
Tiada ulasan:
Catat Ulasan