Khamis, 17 Jun 2010

MENDIDIK ANAK DI-ZAMAN ICT....alamak sakit kepalaku..



Salam saudara pembaca yang di-Rahmati Allah.

Pada entri kali ini, fakir ingin mengemukakan satu rencana Bapak Imam Sarjono..yang fakir petik dari Dzikirullah.com untuk bacaan saudara sekalian.

Ini adalah kerana , dizaman ICT ini, dimana anak anak sangat terdedah kepada pengaruh luar yang pro & kontra dalam membentuk keperibadian mereka, kita sebagai ibu bapa memang sakit kepala.

Kalau kita tidak pandai mengimbangi , maka bertambah rumitlah kehidupan kita jadinya.
Jika kita lihat diluar itu, membaca lapuran media mengenai akhlak anak anak remaja, kita tergugat juga , jika kita memilkki anak anak yang sedang dalam peringkat umur yang belum matang...

Silalah renungkan apa yang diutarakan oleh bapak ini, yang kini menetap di Perth, Australia.

..................................................................................

MENDIDIK ANAK ANAK ZAMAN MODEN.

Oleh: IMAM SARJONO
Perth, Australia. Artikel dari Dzikirullah.com


Assalamualaikum ww.wb.


Semoga keselamatan, kesejahteraan melimpah kepada kita semua. Semoga rahmat dan hidayah Allah tercurah kepada Bapak sekeluarga. Kita semua selalu dalam nikmat iman dalam petunjuk dan jalan yang diridhoiNya.

Tergelitik hati saya untuk sekedar menuliskan pandangan, sebagian berupa pandangan saya dulu dan sebagian besar berupa hasil pencerahan yang saya alami dan lakukan belakangan ini setelah mendalami makna sholat dan bisa mengenti hakekat sholat sehingga mampu melakukan sholat khusuk dan menerapkan makna sholat dalam kehidupan sehari-hari termasuk menerapkan makna sholat dalam pendidikan anak.

Pencerahan ini baru saya alami sekitar sekiat hampir satu setengah bulan dan menginjak ke dua bulan, sehingga tentu saja hasil dari apa yang saya lakukan pada anak-anak belum langsung terlihat namun sudah mulai terasa, dalam jangka panjang Insya Allah akan memberi kesadaran pada mereka semua. Amin.

Memang berat menjadi orang tua, apalagi ketika mereka menjelang remaja, anak-anak saya saat ini pada masa kritis, umur 16 thn (perempuan), 13 tahun (perempuan) dan terkecil 9 tahun (laki-laki).

Mereka sudah mengerti benar apa isi berita, apa alasan di balik itu. mereka semua mendapatkan banyak sekali informasi dari mana saja, sekolah, koran, radio, teman, internet dan lain sebagainya. Pembelajaran kepada mereka, tentu saja penuh dengan penentangan, terutama terhadap pendapat dan pendirian orang tua yang selalu mereka anggap ketinggalan jaman, tidak tahu kondisi dan kemajuan serta berita terkini.

Pada pembelajaran:

Prinsip utama yang harus kita sadari:
1. Anak-anak kita bukanlah kita, mereka adalah individu tunggal, mereka hanyalah titipan Allah kepada kita, maka perlu kaidah belajar mengajar yang benar untuk diterapkan kepada masing-masing anak, kenali pribadi masing-masing dan terapkan kaidah mengajar kepada masing-masing anak.

Kita juga harus belajar kepada mereka, mengenal dunia mereka saat ini, tahu kesulitan, tahu apa yang mereka inginkan, tahu apa yang mereka bicarakan. Proses menerima informasi dari anak-anak sangat penting, lalu kita persepsikan dengan pengalaman yang ada pada diri kita dan kita cari pendekatan menurut persepsi mereka, tentu saja masing-masing anak akan berbeda, misalnya untuk anak yang sangat mengidolakan sesuatu, pendekatan akan berbeda kepada anak yang tidak suka atau hanya sekedarnya saja.

Sebagai contoh untuk kasus ini, maka kita harus menerima informasi lebih dahulu tentang pendapat mereka, "Nak menurut pendapatmu atau menurut apa yang kau ketahui, kira-kira apa yang mereka lakukan, baik atau burukkah, bagaimana akibatnya, dsb, dsb".

Kita harus menggali informasi sebanyak mungkin dari persepsi anak-anak kita. Inilah kunci utamanya mereka bukan kita, mereka sudah punya persepsi, maka ketika kita mencoba memberi suatu persepsi yang baru kepada mereka, kita harus menggunakan bahasa yang mereka pahami yaitu dalam kontek persepsi mereka.

Ketika kita memaksakan kehendak yaitu memaksakan persepsi kita kepada mereka, yang terjadi adalah penolakan. Pendekatan persepsi ini harus dilakukan berulang-ulang sampai persepsi mereka menyerah dan tunduk dengan kesadaran sendiri mengakui bahwa ada suatu hal lain atau persepsi kita yang benar. Dengan suka rela mereka akan mau menderima pendapat (persepsi) kita tentang hal itu.

Intinya kita haruis melakukan pengamatan yang benar kepada anak-anak kita, obyektif tanpa persepsi bahwa nak kita itu pandai, baik, nakal atau apapun, amati saja, dengarkan mereka, awasi mereka, lihat tingkah lakunya, mengerti apa isi pembicaraan mereka, hilangkan dahulu persepsi kita tentang mereka.

Jadilah pengamat sejati yang mengamati anak-anak kita, sehingga kita akan sampai dan mengerti siapa mereka, apa persepsi mereka dan lain sebagianya. Ini modal awal kita dalam diskusi dengan mereka. Pembelajaran adalah diskusi, timbal balik informasi, sehingga mencapai suatu kebenaran (persepsi) yang disetujui bersama.

2. Kita yang ingin memberikan suatu persepsi haruslah mempunyai persepsi yang benar, coba arahkan persepsi kesadaran akal kita kepada Allah, yaitu coba kita dapatkan sebanyak mungkin informasi tentang masalah tersebut secara obyektif yaitu dari pengamatan kita bukan dari persepsi baik buruknya atau dari memori kita.

Benar-benar membaca kejadian dan mengamati kejadian itu sebagaimana halnya kita mengamati kejadian alam biasa. Maka akal kita akan sampai pada suatu kesimpulan dan pada suatu persepsi. Lalu kita hadapkan persepsi itu kepada Allah.

Ya Allah inilah persepsi saya tentang kejadian itu. Tunjukkanlah persepsi yang benar. Berilah aku keterangan. Mohon dengan sungguh-sungguh maka akan ada hawa halus yang mengalir membawa suatu keyakinan, bahwa itulah yang harus dikerjakan atau diajarkan kepada anak-anak kita atau masing-masing anak kita.

3. Kembali ke point pertama lagi yaitu kaidah mengajar atau meberikan petunjuk. Sesungguhnya petunjuk itu datangnya dari Allah, kita tidak akan mampu memberikan petunjuk kepada seseorang walaupun kepada anak kita sekalipun.

Kita punya bargain kepada Allah yaitu dengan doa, memohon kepada Allah agar diberi petunjuk dan jalan yang benar. Kemudian mulai memberi tahu, mengajar, memberi contoh, memberi suri taulan, contoh nyata yang kita berikan langsung merupakan pedoman/manual/petunjuk praktis bagi mereka.

Anak-anak kita akan selalu membandingkan apa yang terjadi di rumah dengan yang terjadi di luar rumah. Mereka bisa mengamati apa akibatnya kalau begini, apa akibatnya kalau begitu. Rumah yang indah, rumah yang nyaman, rumah yang bahagia, rumah yang damai, rumah yang penuh ketenangan. Home sweet home. Adalah merupakan reference bagi anak-anak.

Maka sekali lagi kita hadapkan keyakinan kita, kita hadapkan harapkan kita kepada Allah. Ya Allah, aku serahkan petunjuk untuk anak-anakku, aku telah mengusahakan sekuat kemampuanku, baik dengan kata, perbuatan bahkan dalam pikiran. Maka berikanlah petunjuk kepada mereka.

Seluruh proses ini kelihatannya panjang kalau ditulis, namun hanya perlu sekian menit kalau dilakukan, apalagi kalau kita sudah terbiasa melakukan, maka kalau ada kasus-kasus baru kita hanya perlu menambah pengamatan sedikit, karena persepsi yang lebih benar tentang anak-anak kita sudah ada dalam memori. Tentu saja persepsi tentang anak-anak kita harus diuji ulang, direvis dalam waktu-waktu tertentu.

Tulisan ini sebagai bahan pembanding bagi rekan-rekan lain yang mempunyai anak-anak remaja, apalagi saya hidup di tempat atau negeri dimana kebebasan adalah jalan hidup mereka. Kebebasan seks, tinggal serumah tanpa nikah, ganti-ganti pasangan. Kebebasan berpendapat. Dan lain-lainnya.

Selamat mencoba, semoga Allah memberikan kemudahan bagi kita semua.


Imam Sarjono Perth

Tiada ulasan:

Catat Ulasan