Jumaat, 18 Februari 2011

APA ORANG LAIN KATA TENTANG IBNU ARABI....



PEMIKIRAN SYEKH IBN ARABI DAN SYEKH SITI JENAR TENTANG ESKATOLOGI ( STUDI KOMPARATIF )Oleh : Arif Pribadi
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA


BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Misteri tentang kondisi pasca kematian adalah rahasia di atas rahasia, karena sampai saat ini misteri tersebut tidak pernah terungkap. Kematian adalah suatu keniscayaaan yang tidak dapat dipugkiri, ditolak atau bahkan dihindari oleh seluruh makhluk hidup. Bahkan mrenjadi pertanyaan besar, bagaimana nasib para “teroris” yang mati meledakkan dirinya, apakah mereka langsung masuk surga atau mampir ke neraka? Karena sampai saat ini belum ada cerita manusia yang telah mati, kembali ke dunia lagi. Orang boleh percaya tidak adanya Tuhan, tapi mereka tidak bisa menolak jika mereka akan menemui kematian.

Sekali lagi, kematian adalah riil, sedang akhirat adalah buah dari keimanan. Kematian dalam pandangan para tokoh ulama, intelektual dan pakar sangat beragam. Sarte, tokoh eksistensialis yang mengagungkan kebebasan manusia, terakhir ia mengatakan bahwa manusia tidak bebas dari kematian. Bagi Sarte, kematian adalah suatu yang absurd. Karena kenyataan maut tidak dapat ditunggu, melainkan hanya bisa ditunggu kedatangannya. Maut adalah kepastian, yaitu nistanya kita sebagai eksistensi, dengan kematian, eksistensi berakhir dan kita kembali ke esensi, demikian kata Sarte (Amtsal Bakhtiar, 1997 : 214-215).

Al-Qur‟an banyak menjelaskan tentang kiamat, Allah berfirman tentang hari Kiamat dalam surat al-Baqarah [2] : 74 dan 212 dan surat an-Nisa‟ [4] : 159. Hari Kiamat disebut pula dengan hari Akhirat. Artinya, masa atau zaman terakhir bagi manusia, yang tiada lagi masa setelah itu. Masa itu merupakan masa terakhir yang akan berlaku setelah ditempuh masa kehidupan yang berulang-ulang, yaitu: alam arwah, alam arhan, alam hayat, alam sakaratul maut, alam barzah/alam kubur, alam dibangkitkan dan alam akhirat (Shodiq HS, 1983 : 185).

Hari kiamat dibagi menjadi dua bagian yaitu kiamat sughra (kecil) dan kiamat kubra (besar). Kiamat kecil adalah suatu peristiwa besar dan dahsyat yang mengguncangkan kehidupan manusia semasa ia masih hidup di bumi, seperti datangnya bencana alam, kebanjiran, kebakaran, gunung meletus, tanah longsor dan sebagainya. Ada pula yang mengartikan kiamat kecil adalah kematian atau maut. Sedang kiamat besar adalah alam semesta ini, serta binasanya seluruh makhluk hidup, dan berganti dengan alam akhirat (Hamdani, 2004 : 264).
Kalau kita menyimak Al-Qur‟an dan Hadits, lalu merenungkan secara mendalam ayat-ayat yang berkenaan dengan kematian, maka kita sampai pada kesimpulan bahwa dunia ini hakikatnya adalah alam kematian. Disebutkan dalam sebuah hadits bahwa “Ketika seseorang masih hidup sebenarnya dia itu tidur, dan dia bangun ketika matinya”. Bahkan dalam surat Qof [50] : 22 dijelaskan bahwa dalam kematian, penglihatan manusia menjadi sangat tajam. Apa yang tidak terlihat dalam kehidupan ini tampak menjadi jelas pada masa kematian. Ketika kematianlah manusia mengalami kehidupan yang sebenarnya (Ahmad Chodjim, 2002 : 3).

Tapi jika memperhatikan ayat berbunyi “Dan tahukah engkau boleh jadi kiamat itu dekat”, maka kiamat tidak dapat disimpulkan sebagai hancurnya alam semesta, bahwa bumi, rembulan, matahari, bintang-bintang dan planet lainnya bisa hancur, musnah, itu tidak diragukan lagi. Karena semua itu mengalami kemusnahan atau kehancuran, kecuali wajah-Nya. Tetapi Tuhan tidak mendustai hamba-hamba-Nya. Dia tidak bermain kata-kata atau bersilat lidah. Dia Maha Tahu, jadi ayat ini sebenarnya menegaskan bahwa kiamat itu dekat bagi usia hidup manusia di bumi.

Pendapat seperti ini yang diajarkan oleh Syekh Siti Jenar, bahwa surga neraka, dan sekaligus kiamat tidak menjadi basis ajaran Islamnya di tanah Jawa. Surga dan neraka diterjemahkan sebagai keadaan hidup di dunia ini. Menurut Syekh Siti Jenar surga yang luhur itu terdapat dalam perasaan hati yang senang.

Ini berarti ia tidak menyangkal adanya surga dan neraka, tetapi surga dan neraka dibawa ke alam kongkrit. Syekh Siti Jenar menitik-beratkan pada hakikat hidup di dunia ini. Menurutnya, alam dunia ini tempatnya susah dan sedih. Di dunia ini kalbu dan khalik bermadu. Saling berebut pengaruh dalam kehidupan ragawi ini.

Sasaran Syekh Siti Jenar sama dengan Nabi, yaitu membangun budi pekerti yang luhur, masing – masing hendak menerapkan ajaran sesuai dengan budaya masyarakat yang menerimanya. Ia menerima Islam, tapi bukan Islam dalam bentuk Arab. Islam dibumikan dan diasimilasikan dengan budaya Jawa, Substansi ajaran Islam diterima dengan melepaskan unsure-unsur Arabnya (Ahmad Chodjim, 2002 : 251).

Konsep Siti Jenar berbeda dengan para wali, juga terjadi di belahan bumi yang lain. Dalam bidang teknologi, Ibn al-„Arabi tidak sepadan dengan ulama yang mapan. Jika pemahaman buku yang berkembang di kalangan ulama selama itu mengakui eternalitas kepedihan fisikal raga di neraka, maka Ibn al-„Arabi tidaklah mengakuinya. Ia menganggap bahwa pada dasarnya semua orang akan menemukan kebahagiaan di akhirat. Sekalipun di suatu tempat bernama neraka. Kepedihan siksaan di neraka akan menemukan kesenangan, baik berupa keringanan hukuman atau bahkan kesenangan yang sama dinikmati oleh orang-orang di surga.

Menurut Ibn al-„Arabi, karena rahmat Allah berada di atas murka-Nya, maka secara otomatis, hukuman di neraka tidaklah bersifat abadi, semua pada akhirnya di jalan lurus (Ibn al-„Arabi, 2004 : xviii).
Dalam kaitan ini, penulis berasumsi dengan perbedaan kondisi sosio kultural yang melingkupi kedua tokoh, dengan tingkat perkembangan keilmuan yang sudah pasti berbeda pula, tentu keduanya juga memiliki konsepsi eskatologi yang berbeda. Namun perbedaan sosio kultural yang ada tersebut bukanlah suatu alasan untuk tidak mengkomparasikan kedua tokoh besar ini, sebab dalam konteks filsafat, yang ditonjolkan adalah penelitian struktur ide dasar serta pemikiran-pemikiran yang fundamental (fundamental ideas) dari para pemikir.

Dengan kata lain, perumusan struktur fundamentai ideas serta conceptual analysis adalah ciri khas pendekatan filosofis yang tidak harus terlalu terganggu oleh faktor sekunder seperti perbedaan historis, geografis, dan bangsa (Abdullah, 1999 : 284-285).

Dengan latar belakang seperti ini, maka kajian penelitian ini difokuskan untuk membahas dua pertanyaan berikut: Pertama, bagaimana pemikiran eskatologi Syekh Ibn al-„Arabi dan Syekh Siti Jenar? Pertanyaan ini merupakan awal, yang uraiannya bersifat deskriptif, dirangkai untuk memasuki pertanyaan berikutnya, pertanyaan kedua, bagaimana perbedaan dan persamaan pemikiran eskatologi Syekh Ibn al-„Arabi dan Syekh Siti Jenar.

B. Penegasan Istilah

Berdasarkan judul di atas penulis tegaskan istilah yang terkandung dalam penelitian tersebut.

1. Pemikiran

Pemikiran adalah cara atau hasil berfikir (Poerwadarminta, 1996 : 73). Maka yang dimaksud dengan pemikiran di sini adalah hasil dari proses berfikir yang ditampilkan dalam bentuk tulisan atau lisan yang diajarkan kepada para pengikutnya, murid-muridnya dan umumnya kepada seluruh masyarakat. Yang dimaksud pemikiran dalam penelitian ini adalah pemikiran kedua tokoh di atas dalam bidang eskatologi.

2. Eskatologi

Eskatologi adalah doktrin tentang akhir, sebuah doktrin yang membahas tentang keyakinan yang berhubungan dengan kejadian-kejadian akhir hidup manusia seperti kematian, hari kiamat, berakhirnya dunia, kebangkitan kembali, pengadilan akhir, surga dan neraka dan sebagainya (Dictionary Of Philosophy,1981:80).

Namun eskatologi juga diartikan ilmu tentang akhir riwayat atau kehidupan dan juga diartikan ilmu kematian manusia (Pius dan Dahlan Al-Barry.1994:160). Sedangkan dengan pendekatan epistemologi, eskatologi berasal dari bahasa Yunani, yaitu Eschatos artinya yang berakhir, dan Logos, berarti kajian tentang kepercayaan yang dikaitkan dengan peristiwa-peristiwa akhir atau final, seperti kematian, hari pengadilan (yaumul hisab), kiamat, saat terakhir sejarah dan hubungan manusia dengan semua hal itu (Tim Penulis Rosda, 1995 : 98).
3. Syekh Ibn al-‘Arabi

Beliau adalah seorang ulama sufi besar Andalusia pada abad ke-12 M. Pengarang kitab terkenal Al-Futuhat al-Makkiyyah ini lahir di kota Mursia, Spanyol pada tanggal 27 Ramadhan 560 (17 Agustus 1165). Nama lengkapnya Muhammad Ibn ‟Ali Muhammad Ibn ‟Arabi At-Ta‟i Al-Hatimi, menunjukkan bahwa beliau berasal dari keturunan Arab kuno. Konsep pemikiran yang dibangun adalah Wahdah Al-Wujud, yaitu faham yang menyatakan bahwa hanya ada satu realitas ultim dalam seluruh penciptaan manusia yaitu hakikat Ilahi yang bermanifestasi melalui sejumlah nama Tuhan (Azhari, 1995 : 5).

4. Syekh Siti Jenar

Seorang tokoh mistik Jawa yang populer dan kontroversial hingga saat ini adalah Syekh Siti Jenar. Nama lain beliau Syekh Lemah Abang, Siti Abrit dan Siti Rekta. Syekh Siti Jenar seorang wali yang langsung mendapat wejangan dari nabi Khidir, Sunan Kalijaga dan Sunan Bonang (Mulkan, 1999 : 50).

Syekh Siti Jenar dikenang dengan kumandang ajarannya ”Manunggaling Kawulo Gusti” dalam pandangan Syekh Siti Jenar, Tuhan bersemayam dalam dirinya. Karena Kawula dan “Gusti” telah menyatu, seseorang tidak perlu dengan melakukan shalat. Siti Jenar tidak mau melakukan shalat karena kehendaknya sendiri (Purwadi,2003 : 136).

Ajaran Islam yang diajarkan sangat kontoversial. Jika para wali lain di zamannya menanamkan Islam di Jawa secara akulturasi, ia membawa Islam di Jawa dengan asimilasi, yang dikenal dengan Islam Jawa atau Islam Kejawen. Pandangan sufistik Islam diramunya dengan mistik Jawa. Lahirlah Islam tidak berwajah lurus, tapi memancarkan kesejukan sebagai rahmatan li al-‘alamin.

5. Studi Komparatif

Studi komparatif artinya analisa dengan memperbandingkan dua kasus atau lebih, baik berdasarkan tempat, waktu, atau keadaan khusus lainnya (Sukirin, 1986 : 56). Maka studi komparatif dalam penalitian ini adalah melakukan analisa perbandingan pemikiran-pemikiran Ibn al-„Arabi dan Syekh Siti Jenar tentang eskatologi.

C. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah dan penegasan istilah di atas, maka rumusan yang akan dicari jawabannya dalam penelitian ini adalah :

a. Bagaimana pemikiran eskatologi menurut Syekh Ibn al 'Arabi.?
b. Bagaimana pemikiran eskatologi menurut Syekh Siti Jenar?
c. Bagaimana persamaan dan perbedaan pemikiran Ibn al„Arabi dan Syekh Siti Jenar tentang eskatologi?


D. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan Penelitian

Tujuannya adalah untuk mengetahui pemikiran Syekh Ibn al-„Arabi dan Syekh Siti Jenar tentang eskalogi, serta perbedaan dan persamaan di antara keduanya.

2. Manfaat Penelitian

a. Bagi peneliti, dengan melakukan penelitian ini akan menambah pengetahuan penulis dan diharapkan mampu memberi motivasi kepada peneliti lain untuk melakukan penelitian lebih lanjut dan mendalam agar mendapat hasil yang maksimal.

b. Menambah khasanah bagi umat Islam dan masyarakat akademis Fakultas Agama Islam Jurusan Perbandingan Agama, khususnya pemikiran eskatologi Syekh Ibn al-„Arabi dan Syekh Siti Jenar.

c. Bagi masyarakat luas, penelitian ini dapat dijadikan bahan bacaan tentang eskatologi dan secara praktis masyarakat dapat merubah perilaku yang negatif terhadap pandangan Syekh Ibn al-„Arabi dan Syekh Siti Jenar.

E. Kajian Pustaka

Ada beberapa penelitian yang berkaitan dengan pemikiran eskatologi Syekh Ibn al-Arabi dan Syekh Siti Jenar antara lain :

a. Penelitian skripsi yang dilakukan oleh Budi Santoso; Fakultas Ushuluddin Universitas Muhammadiyah Surakarta tahun 2005 dengan judul Filsafat Manusia dalam Pandangan Mistik R. Soemarto Mertowardoyo dan Ibn al - Arabi. Penelitian tersebut berisi sekitar konsep manusia menurut kedua tokoh, yaitu bagaimana asal-usul manusia, unsur manusia dan hubungan manusia dengan Tuhannya, dengan kesimpulan bahwa semakin manusia merendahkan diri di hadapan Tuhannya, semakin tinggi derajatnya.

b. Skripsi yang dilakukan oleh Deni Mulya Barus, Fakultas Ushuluddin Universitas Muhammadiyah Surakarta tahun 2002, dengan judul Pemikiran Fazlur Rahman Tentang Eskatologi, dengan kesimpulan bahwa kiamat adalah sebagai transformasi bukan penghancuran. Kebangkitan manusia yang terpenting adalah spiritualnya dan akan menjadi efek-efek perasaan fisikal manusia, sehingga surga dan neraka pun sebagai sebuah suasana dan kondisi spiritual atau jiwa.

c. Buku yang ditulis oleh Muhammad Sholikin yang berjudul Sufisme Syekh Siti Jenar, kajian Kitab Serat dan Suluk Siti Jenar (2004). Penulis banyak menguraikan ajaran Syekh Siti Jenar yang berkenaan dengan masalah eskatologi, terutama masalah surga dan neraka. Kesimpulan dari buku ini adalah : Dunia adalah alam kematian, surga dan neraka makhluk duniawi yang diberikan manusia di alam kematian dunia. Maka kehidupan yang sejati adalah alam akhirat, manusia yang benar dan sempurna ilmu-lakunya, akan mengalami kebahagiaan dan kekekalan abadi, sebab sudah menyatu dengan Sang Hyang Manon, Alloh SWT.

F. Metodologi Penelitian

Adapun hal hal yang perlu dijelaskan berkaitan dengan metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian kepustakaan (Library Research), karena data yang diteliti berupa naskah-naskah tulisan dan buku yang bersumber dari khasanah kepustakaan (M.Nasir,1985:54). Dalam hal ini yang diteliti adalah seputar masalah eskatologi menurut Syekh Ibn al-„Arabi dan Syekh Siti Jenar.

2. Pendekatan Penelitian

Penulis menggunakan pendekatan historis-filosofis. Pendekatan historis digunakan untuk menggambarkan kenyataan sejarah yang berkaitan dengan Syekh Ibn al-„Arabi dan Syekh Siti Jenar secara jujur dan obyektif. Adapun pendekatan filosofis adalah menggunakan kedua tahap di atas, atau obyek dikaji dan didefinisikan secara logis dan bebas (Nasution, 1978 : 8).

3. Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode dokumentasi berupa bahan-bahan tulisan tentang masalah yang diteliti (Suharsini Arikunto,1992: 188). Data tersebut dikelompokkan menjadi data primer dan sekunder. Data primer adalah The Sufi Path of Knowledge: Ibn al-‘Arabi’s Methaphisycs of Imagination. Buku ini ditulis oleh William C. Chittick dan diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia oleh A. Nidjam, M. Ismail dan Ruslani dengan dua seri, yang pertama berjudul “Tuhan Sejati dan Tuhan-Tuhan Palsu” dan yang kedua “Hermeneutik Al-Qur‟an Ibu al-„Arabi”. Buku lainnya adalah yang berjudul Imaginal Worlds, Ibn al-‘Arabi and the Problem or Religious. Buku-buku ini adalah kumpulan terjemahan dari al-Futuhat al-Makkiyyah karangan Ibn al-„Arabi. Sedangkan Data primer untuk pemikiran Syekh Siti Jenar diambil dari sumber klasik, antara lain, Serat Siti Jenar. Buku ini tersimpan di Perpustakaan Sono Budoyo Surakarta, dengan nomor katalog Sb.137. Menurut beberapa pakar, buku ini tidak berbeda jauh dengan karya Tan Khoen Swie, dengan judul Serat Siti Djenar.

Sedangkan data sekunder dalam penelitian ini adalah karya-karya atau makalah-makalah yang berhubungan dengan kedua masalah penelitian di atas.



4. Metode Analisis Data

a. Peneliti menggunakan analisa data deskriptif-komparatif, yaitu peneliti menguraikan pemikiran atau konsep masing-masing tokoh, sehingga persamaan dan perbedaan dapat disajikan dengan jernih dan tepat (A. Bekker A. Zubair, 1990 : 88).

b. Setelah dideskripsikan kemudian data diolah dengan menggunakan analisa komparatif, yaitu dengan membandingkan dua konsep atau pendapat kedua tokoh, yaitu dengan melihat pemikiran eskatologi dari Syekh Ibn al-„Arabi dan Syekh Siti Jenar.

G. Sistematika Penulisan

Skripsi ini disusun dengan sistematika sebagai berikut : Bab satu berisi tentang pendahuluan yang terdiri dari Latar belakang penelitian, Penegasan istilah, Rumusan masalah, Tujuan dan Manfaat penelitian, Kajian Pustaka, Metode Penelitian, Sistematika penelitian Skripsi.

Bab kedua menguraikan tentang pemikiran eskatologi Syekh Ibn al-„Arabi yang berisi Biografi Syekh Ibn al-„Arabi, Barzah setelah Kematian, Alam Akhirat, dan Surga dan Neraka.

Bab ketiga menjelaskan tentang pemikiran eskatologi Syekh Siti Jenar yang berisi Biografi Syekh Siti Jenar, Makna Kematian, Dunia sebagai Alam Kematian, Proses Kematian, dan Hari Kiamat, Surga dan Neraka.

Bab keempat memaparkan tentang analisa perbandingan antara pemikiran eskatologi dalam pandangan Syekh Ibn al-„Arabi dan Syekh Siti Jenar yang berisi perbedaan dan persamaan antara keduanya.

Bab kelima berisi penutup yang memuat tentang Kesimpulan, Saran Saran dan Kata Penutup

Tiada ulasan:

Catat Ulasan